CERITA IBU BIBI

23-06-2022 |
Ama

34 tahun yang lalu, 01 juli 1987, Ibu Bribin Sua Bibiana, menjadi karyawan KPRI Usaha Jaya, dengan upah yang dapat dikatakan masih minim. Ibu bibi---sapaan sehari-harinya di kantor---mengingat-ingat masah itu, dan mengisahkan dengan lebih detail:

"Waktu itu, simpanan wajib setiap anggota saja, sebesar seribuh lima ratus per bulan, maka bukan tak mungkin, upah kami pun sangat minim". 

Pada tahun 1989, KPRI Usaha Jaya dalam perkembangannya, di bawah pimpinan Alm. Bapak Aleks Murin---sebagai ketua KPRI Usaha Jaya---membuka sebuah TPK---tempat pelayanan koperasi---di Waiwerang. Ibu bibi kemudian menjadi karyawan pertama yang ditempatkan di sana dan bekerja selama satu tahun. 

Pada tahun 1990, alm. Bapak Aleks Murin membuka satu TPK lagi di lembata, yang berkantor di dinas pendidikan dan kebudayaan Lembata dan ibu Bibi kembali ditempatkan di sana. Ia sendiri mengisahkan cerita ini dengan lebih jenaka:

"Alm. Kris kopong ini mengatakan saya sebagai pegawai kutu loncat, sebab tidak lama di sini, tidak lama di sana". 

Di lembata, yang memiliki wilayah yang cukup luas---memiliki enam kecamatan saat itu--- memungkinkan ibu bibi harus menangani bukan saja unit pertokoan, tetapi sekaligus melayani unit simpan pinjam. Sebab itu, maka bukan tak mungkin, beberapa bulan kemudian ditetapkan salah satu karyawan lagi untuk membantu ibu bibi di lembata, yakni pak Bruno. 

Masih lekat di ingatan ibu bibi bahwa, dari enam wilayah yang ada di Lembata tersebut, jika penyetoran setiap bulan tidak distor ke TPK Lembata, sedangkan laporan harus diantar ke kantor KPRI Usaha Jaya Larantuka, maka ia harus berjalan kaki hanya seoarang diri, untuk menagih uang penyetoran tersebut. 

Ibu Bibi mengisahkannya dengan lebih dramatis dan menarik:

" Waktu itu, saya harus berjalan kaki seorang diri untuk melakukan penagihan, sehingga mama saya takut karena ia melihat di tv, banyak peristiwa perampokan yang terjadi pada orang yang membawa uang di jalanan, maka dia selalu menemani saya dan kami jalan kaki".

Pada tahun 1996, ibu bibi mendapat surat panggilan untuk kembali ke kantor pusat KPRI Usaha Jaya dan ditempatkan sebagai kasir menggantikan ibu Eta. Ia sendiri mengatakan sangat keberatan, jika ia dipindahkan lagi ke kantor pusat karena merasa telah betah di Lembata. Namun pada akhirnya ia menrima kepindahannya kembali ke kantor pusat. 

"Saya ditarik kembali ke kantor pusat dengan surat panggilan. Saya sudah senang di sini, tapi harus ditarik ke Larantuka lagi. Saya berat waktu itu untuk ke sini, tetapi pak Anis -sekertaris waktu itu- membuat surat panggilan sampai dua kali, akhirnya terpaksa saya harus ke sini". 

pada tahun 2011, ibu bibi kemdian merasa telah lama menjadi kasir, maka kemudian ia meminta ke pada Bapak, Tadon Kedang---ketua KPRI Usaha Jaya saat itu---untuk menempatkan beliau ke posisi lain. Maka kemudian, ia menanagani TPK Pasar Baru hingga pensiun. 

Ibu bibi kemudian menutup ceritanya dengan kata-katanya: 

"Dalam rentang waktu yang begitu lama dan panjang, pasti ada tutur kata yang salah, khilaf dan keliru, saya mohon maaf sedalam-sedalamnya atas semuanya itu, agar kita membawa yang baik-baik saja dan melepaskan yang buruk-buruk dari saya, sehingga kita menjadi lebih baik ke depan".